Thursday, March 28, 2013

Papa ngurus paspor sendiri!


Begini Do, cara Papa ngurus sendiri paspor.
Seperti Papa bilang kemarin, mungkin Papa akan ke Thailand atau ke Singapura bulan-bulan mendatang. Karena Papa belum pernah punya paspor, maka Papa harus membuat Paspor baru. Yang mengeluarkan adalah Kantor Imigrasi. Di Semarang, Kantor Imigrasi ada di daerah Krapyak, di Jalan Siliwangi (http://semarang.imigrasi.go.id/).
  1. Hari Senin, 25 Maret Papa sudah scan KK, KTP, Akta Kelahiran, bahkan ijasah dan NPWP untuk keperluan mengisi formulir dan mengupload hasil scan dokumen di websitenya Imigrasi Semarang. Selesai proses pendaftaran online melalui website ini, Papa mendapat bukti pendaftaran online yang kemudian Papa cetak. Bersama dengan dokumen-dokumen lain, bukti pendaftaran ini Papa fotokopi.
  2. Hari Selasa Papa berangkat ke kantor Imigrasi Semarang, yang dekat mulut tol Krapyak  itu dengan membawa dokumen-dokumen asli dan fotokopinya. Masih jam 8 pagi ketika Papa sampai ke Kantor Imigrasi, tapi rupanya sudah cukup banyak orang duduk di depan loket. Papa ambil formulir dalam stopmap kuning yang diberikan gratis di loket 1. Kepada Papa diberikan nomor antrean B030.  Di dalam  ada formulir yang harus diisi identitas dan lain-lain. O ya, Papa juga membawa dokumen2 penting, misalnya Kartu Keluarga, Akta Kelahiran, KTP, bahkan Papa juga membawa ijasah terakhir Papa dan kartu NPWP. Belakangan ijasah dan kartu NPWP ternyata tidak diperlukan. Stopmap kuning berisi berbagai dokumen itu Papa serahkan ke loket 2 setelah nomor antrean Papa dipanggil. Ternyata Papa harus menyertakan surat rekomendasi dari kantor Papa. Jadi Papa belum bisa mnyelesaikan urusan hari itu. Papa harus minta surat rekomendasi dari kantor. Kantor Imigrasi masih bisa melayani paling lambat satu bulan sejak hari itu.
  3. Hari Rabu pagi Papa menghadap Kepala Bagian TU di Fakultas tempat Papa bekerja untuk minta dibuatkan surat keterangan atau surat rekomendasi, atau apapun namanya, dari kantor. Sampai Rabu siang, surat belum jadi. 
  4. Hari Kamis pagi, setelah Papa mengajar sampai jam 09.00, Papa mengambil surat keterangan dari kantor. Langsung Papa menuju Kantor Imigrasi, setelah mampir ke Pascasarjana dan meninggalkan laptop Papa di ruangan. Jam 10.15 Papa sudah sampai di Kantor Imigrasi dan langsung menyerahkan tanda bukti penyerahan berkas yang telah Papa dapatkan hari Selasa yang lalu. Papa kemudian mendapat nomor antre D079 untuk tahap selanjutnya. Menurut petugas, dengan nomor antrean itu, kira-kira giliran Papa dipanggil nanti setelah jam istirahat. Pegawai Kantor Imigrasi  beristirahat dari jam 12.00 - 13.00. Biarlah Papa tunggu, sambil membaca buku yang Ido belikan buat Papa kemarin (judulnya: "1453").
  5. Beberapa menit setelah loket dibuka kembali, nama Papa dipanggil. Kali ini Papa harus dibuat sidik jarinya (istilahnya biometrik) secara elektronis, dan difoto. Setelah itu, Papa masih harus nunggu untuk giliran diwawancarai. Kira-kira 10 menit kemudian Papa dipanggil untuk wawancara. Ternyata hanya ditanyai, mau kemana dan pertanyaan-pertanyaan lain mengenai identitas Papa. Petugas mengatakan bahwa tanggal 4 April nanti paspor Papa sudah jadi.

Saturday, April 19, 2008

Dari Ruang Tunggu

(Catatan ini Papa buat di ruang tunggu C1 Bandara Soekarno-Hatta, sambil nunggu boarding, Selasa 8 April 2008, jam 16.00)

Hari Minggu, 6 April 2008 kemarin, Papa pergi ke Jakarta. Berangkat dari rumah kira-kira jam 06.00, pakai Taxi Satria, seperti biasa. Pada penerbangan pagi itu Papa pakai Mandala (RI291). Meskipun ini untuk kedua kalinya melihat pramugari Mandala jualan makanan (antara lain: Mie Instant), mendorong kereta jualan sepanjang lorong, rasanya aneh juga. Pertama kali melihat ini, kira-kira bulan lalu, sempat kaget juga. Wah, kalau gini caranya, gak ada bangga-bangganya jadi pramugari!. (Bahkan bu PP juga sempat kaget:”O,ya? Astaga!”, begitu komentarnya ketika Papa beritahu tentang hal itu).
Papa sudah agak berpengalaman (dalam menghemat) kali ini. Karena tujuan Papa akan ke hotel Ciputra, Papa naik bus Bandara menuju Gambir. Perasaan Papa sih bis Bandara – Gambir akan melewati daerah Grogol, tempat hotel dan mal Ciputra berada. Meski demikian, Papa berencana turun di Gambir dan naik Blue Bird dari sana. Ini Papa lakukan agar Papa lebih hafal jalanan Jakarta kalau-kalau nanti ngajak Ido dan Mama jalan-jalan ke sini. Bener juga, bus melewati hotel Ciputra, hotel Twin Plaza (Papa pernah menginap di sana), dan juga mal Taman Anggrek. Akhirnya Papa turun di Gambir, dan sempat makan pagi di restoran (warung makan, sebenarnya) di stasiun itu sebelum ke pangkalan Blue Bird di belakang Musholla Stasiun Gambir. Hanya beberapa menit (dan biaya kurang dari Rp. 25.000) Papa sudah sampai di Ciputra. Sayangnya masih terlalu pagi, dan tampaknya staf Seamolec yang harus memesan hotel belum datang. Maka sambil menunggu mereka Papa duduk-duduk di lobby sambil menikmati sepotong kecil kue kering dan secangkir kopi sebagai Welcome Drink. Di Gambir tadi Papa sempatin membeli kartu perdana Starone prepaid dan voucher pulsanya, untuk akses Internet selama di Jakarta. Papa mencoba menggunakan Starone dari lobby Hotel Ciputra. Gagal. Papa lantas menghubungi Call Center-nya Indosat-Starone dan melaporkan kegagalan koneksi Internet. Mereka janji akan segera memeriksa masalah itu dan akan emnghubungi Papa. O, ya, mereka juga menanyakan nomor ponsel Papa lainnya (selain yang digunakan untuk mengakses Internet). Sesuai standar operasi, barangkali, petugas di call center juga menanyai Papa macam-macam (merk dan tipe ponsel yang dipakai, kabel data yang dipakai, merk dan tipe laptopnya, apakah sudah pernah menggunakan ponsel tsb untuk nelpon, dan sebagainya). Laporan beres, Cuma Papa pesimis, mereka akan memberi tahu Papa mengenai tindak lanjut laporan Papa. Tapi biarlah, yang penting sudah berusaha mencari jalan.
Hampir satu jam menunggu, salah satu teman rapat Papa, yang juga staf ahli di SEAMOLEC, dan masih menempuh S3 seperti Papa, datang dan mengobrol tentang banyak hal, mulai dari program yang akan dikerjakan dalam tiga hari ke depan sampai tentang direktur baru Seamolec.

Ido yang Papa sayangi,
Akhirnya Papa masuk kamar hotel sekitar jam 12.00 (atau jam 13.00, Papa tidak ingat betul, berbeda dengan Ido yang selalu mengingat jam atau tanggal dengan sangat detil, papa bukan pengingat yang baik). Seperti biasa, Papa selalu menelepon Mama, segera setelah sampai hotel dan berada di kamar. Itu Papa lakukan agar Ido dan Mama tahu persis Papa sedang ada di mana. Kali ini sepertinya Papa tidak memiliki teman sekamar.
Baru saja Papa melepas baju untuk mandi, tiba-tiba Mama menelepon dan berbicara sambil menangis. Pakdhe Heru meninggal dunia. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Sesungguhnya semua berasal dari Allah, dan akan kembali ke padaNya. Ido ingat pakdhe Heru. Itu, yang pernah tinggal sebentar di rumah kontrakan yang Papa dan Mama cari dua tahun lalu. Ido sering main di kamar pakdhe yang dingin (karena pakai AC) dan kadang-kadang memindah-mindah kanal TV yang diletakkan di atas lemari. Pakdhe Heru itu ayahnya mas Rio dan mbak Dian.
Tentu Papa bingung, bagaimana mungkin Papa bisa pulang, sedangkan rapat belum juga dimulai. Tentu kalau memang terpaksa, Papa harus pulang, ya mencari jalan secepatnya ke bandara. Yang Papa lakukan kemudian (dan Mama juga) adalah menghubungi Budhe I dan Pakdhe Ngging. Budhe I kebeutlan sedang di Jakarta, tapi nggak tahu di daerah mana, dan menyatakan akan segera pulang. Pakdhe Ngging baru akan menyusul esok hari karena hari Senin ada tugas yang harus diselesaikan. Akhirnya Papa hanya memantau perkembangan situasi dari Jakarta saja, termasuk mencarikan Ido dan Mama taksi untuk segera ke Yogya. Kasihan Pakdhe Heru, karena jenazahnya dijadwalkan tiba di Yogya sekitar jam 16.00 sedangkan Budhe Tyas, mas Rio, dan mbak Dian baru naik pesawat jam 19.00.

Ido,
Dalam rapat tiga hari di Jakarta ini ternyata hanya Papa dan pak Kamto yang berasal dari instansi di luar Seamolec. Lainnya (bu RDR, bu PP, mbak At, mbak Al, mas BD, pak JI) semua berasal dari Seamolec. Papa kebagian tugas membuat panduan tentang Vicon bersama mas BD dan mbak At. Biasa, pekerjaan Papa ya nulis-nulis (sebenarnya Papa ingin Ido mau juga belajar menulis atau mengarang).
Senin malam ternyata ada acara pisah sambut antara bu PP selaku direktur lama kepada pak GHP selaku direktur baru Seamolec. Papa diundang untuk ikut acara itu. Papa berangkat semobil (taksi Blue Bird) dengan pak Kamto dan pak JI., sementara bu PP, bu RDR, dan mbak At, pakai taksi lainnya.
Acaranya berlangsung di hotel Grand Melia, di daerah Kuningan, di salah satu restorannya. Ruangannya tidak terlalu luas, hanya ada beberapa set meja-kursi tempat banyak orang (sebagian besar staf pegawai Seamolec) berkumpul dan makan-makan. Acaranya memang jamuan makan malam dan lepas-sambut, jadi isinya ya makan-makan. Begitulah, setelah bersalaman dengan banyak orang (beberapa di antaranya telah Papa kenal: pak Anung yang sekarang menjadi direktur PPs UKI, mbak AR, dan beberapa staf Seamolec lainnya). Papa akhirnya duduk semeja dengan pak Anung dan pak Kamto, mengambil beberapa makanan dan mulai makan. Beberapa menit kemudian, Pak Fasli Jalal (dirjen Dikti) datang bersama pak GHP (direkur baru Seamolec) dan rombongannya. Yah, karena kursi kosong tinggal yang di hadapan Papa, maka kedua beliau itu duduk berseberangan sama Papa. Oleh bu PP, Papa dikenalkan sebagai salah satu expert yang membantu Seamolec (padahal Papa tidak expert-expert amat, Ido). Tentu karena tidak ada topik pembicaraan yang menarik, dan acara segera dimulai, Papa hanya sempat senyum-senyum, pasang muka ramah, mendengarkan orang-orang di kiri-kanan Papa saling bercakap dan sesekali tertawa. Menurut bu PP, beliau sudah kenal pak Fasli Jala sejak di Syracuse. Topik disertasi pak Fasli Jalal, kata bu PP, adalah meneliti kandungan gizi rendang, mungkin karena beliau itu orang Padang. Dan kala itu, bu PP dan kawan-kawan suka main ke apartemen pak Fasli Jalal hanya sekedar untuk ‘menanyakan’ rendang yang telah selesai diteliti.
Dalam acara jamuan makan malam itu, Papa sempat ketemu pak Bag yang menjadi sesepuh alumni sekolah Papa dulu. Sekarang pak Bag menjadi salah satu staf di Seamolec.
Ido, terpaksa Papa berhenti dulu ceritanya. Announcer mengumumkan bahwa Papa harus pindah ke ruang tunggu C2.

Bogor, 18 April 2008 (jam 20.00)

(Catatan di bawah ini Papa tulis di Hotel Ririn, tanggal 18 April 2008)
Kembali ke cerita sebelumnya, Papa akhirnya take-off (terbang) jam 17.05 tepat, pakai Mandala. Begitu sampai di Bandara, Papa langsung pesen taksi Satria untuk ke Yogyakarta, sambil mampir dulu ke Banyumanik untuk mandi. Jadilah Papa ke Yogya malam itu, berangkat kira-kira jam 19.30 dengan taksi yang membawa Papa dari bandara. Taksinya ngebut banget, jadi sampai di rumah Budhe Heru belum jam 22.00. Di sana masih berkumpul lengkap: Budhe Heru bersama mbak Dian dan mas Rio, Mama dan Ido, Pakdhe Ngging, dan Om Mamek,

Ruang Tunggu C2 Bandara Sukarno Hatta, 19 April 2008, 14.41
Saat ini Papa sedang menunggu Mandala RI 294 yang akan membawa Papa pulang ke Semarang. Jam 12.30 tadi Papa berangkat dari hotel Ririn setelah semalaman bekerja di sana (km 16A, bersama pak SH). Dari hotel Ririn, Papa berempat (pak SH, SKM, AD) jalan kaki sampai ke luar dari gang (hotelnya ada di salah satu gang di Jl. Pajajaran) dan menunggu angkot yang menuju Botanical Square. Botanical Square yang dibangun IPB (?) itu menjadi salah satu pusat keramaian kota Bogor. Siang inipun tampak ada hiburan di panggung terbuka entah oleh siapa. Di terminal bus Damri yang menuju Bandara, Papa berempat naik salah satu bus yang segera berangkat menuju Bandara. Di antara kami berempat, papa yang turun terlebih dahulu karena pintu keberangkatan Mandala letaknya lebih dekat dibanding pintu keberangkatan Garuda. Teman-teman Papa pada naik Garuda menuju Yogya.
Berbeda dengan apa yang dibilang AR (teman Papa yang di Seamolec), yang katanya Bogor – Sukarno-Hatta hanya sekitar 1 jam, ternyata menurut pengalaman Papa dari kemarin (Sukarno-Hatta – Botanical Square Bogor) dan hari ini (Botanical Square – Sukarno-Hatta) memakan waktu sekitar 2 jam.
Semalam Papa dan sekitar 10 orang lain dari berbagai perguruan tinggi (UPI, UT, UNY), Seamolec, dan Ditnaga Dikti, bekerja menyelesaikan tugas masing-masing. Jam 23.00 pekerjaan selesai, semua ngantuk dan akhirnya ke kamar masing-masing. Papa sempat meminta bahan kuliah untuk mhs Papa di S2 KTP kepada bu PP (yang juga partnet Papa ngajar). Bu PP memberi dua tugas untuk mhs yang akan Papa upload ke situs Moodle, setelah Papa sampai rumah nanti.

Kembali ke cerita sebelumya, setelah tanggal 6-8 April Papa di Jakarta, dan kemudian ke Yogya untuk ketemu dengan budhe Heru (atau bude Wah) dan menjemput Ido pulang Semarang pada tanggal 9 April jam 14.00, Papa berangkat lagi ke Jakarta. Seperti biasa, Papa berangkat dari rumah jam 06.00 karena pesawat Papa berangkat jam 07.35. Papa terbang dengan Mandala RI 291, dan tiba di Jakarta kira-kira jam 08.45. Karena tujuan Papa adalah hotel The Acacia yang ada di Kramat Raya, sesampai di Bandara Sukarno-Hatta Papa mencari bus Damri yang menuju Gambir. Sempat sarapan sebentar di sana, kemudian Papa mencari taksi BlueBird yang mangkal di belakang mushola Stasiun Gambir. Untuk bisa menggunakan taksi itu Papa harus membayar dulu Rp. 4500, semacam ongkos booking-lah. Hanya kira-kira 10 menit (dan ongkos Rp. 25.000) Papa sampai di Hotel The Acacia. Belum ada satupun peserta rapat yang datang kecuali Papa. Sampai hampir 10 menit Papa menunggu di depan petugas front office untuk mendapatkan kamar hotel yang telah disewa Dikti. Di sebelah Papa, Papa mendengar percakapan petugas dengan tamu yang check-out (keluar hotel) pagi itu. Si petugas menanyakan apakah tamu penghuni kamar tadi merokok di kamar. Tamunya jujur mengiyakan. Nah, kemudian petugas menjelaskan bahwa kamar yang dipakai tamu tadi adalah kamar untuk non-smoker (bukan perokok), jadi sama sekali tidak boleh merokok di kamar tersebut. Tamunya hanya diam mendengarkan. Ujung-ujungnya, petugas hotel menerapkan denda Rp. 350.000,-. Jumlah yang cukup besar, kan Do? Bayangkan, dengan uang segitu Ido bisa membeli lebih dari 10 porsi Chicken Steak yang Ido biasa makan di DP mall lengkap dengan ongkos taksi Banyumanik – DP mall pulang pergi!. Untung Papa bukan perokok. Sebenarnya, kalau mau (dan tahu), tamu tadi bisa minta kamar yang untuk perokok, jadi dia tidak akan didenda kalau merokok dalam kamar.

Ido,
Rencananya Papa akan tinggal di hotel The Acacia ini dari tanggal 10 sampai 12 April nanti. Pekerjaan Papa kali ini adalah mengerjakan guideline (atau: pedoman) konferensi video. Konferensi video adalah rapat yang menggunakan teknologi Internet, yang meskipun orang-orang yang mengikuti rapat berada di tempat yang berbeda-beda, bisa saling bicara dan melihat melalui layar televisi. Mirip dengan acara request lagu melalui ponsel 3G yang Ido sering lihat di acara tv Inbox itu. Tugas Papa adalah membuat petunjuk agar mahasiswa, dosen, pejabat, dapat menggunakan fasilitas konferensi video yang sekarang terpasang di hampir semua perguruan tinggi di Indonesia. Tugas tersebut Papa kerjakan bersama dua teman Papa dari Seamolec (mas BDWP dan mbak NHT). Hari Sabtu, tanggal 12 April pagi, tugas untuk sementara dianggap selesai. Jum’at malam sebenarnya teman-teman Papa yang dari Seamolec sudah pada kabur ke Cianjur karena direktur mereka menghendaki kumpul-kumpul malam itu. Jadi, pagi hari setelah sarapan, Papa dan pak Sahid check-out dari hotel. Rencananya jalan-jalan ke ITC Mangga Dua. Jam 10 lebih sedikit sampai jam 12.00 lebih Papa ada di ITC Mangga Dua, antara lain membeli pesanan Ido (Yovie dan Nuno). Papa sempat upgrade memori laptop Fujitsu dari 256 MB menjadi 512 MB. Maunya Papa upgrade sampai menjadi 768 MB tetapi rupanya laptop Papa hanya bisa dipasang maksimal 512 MB. Papa juga sempat membeli CD peta Megapolitan dan CD Video belajar Windows XP, rencananya untuk mengajar dasar-dasar penggunaan komputer.
Siang itu, setelah berkeliling di ITC Mangga Dua, Papa langsung ke Bandara dan menunggu pesawat ke Semarang. Cerita selanjutnya sudah Papa ceritakan.

Saat ini Papa juga sedang menunggu pesawat ke Semarang setelah dua hari (18-19 April) Papa rapat di hotel Ririn. Siang kemarin Papa mendapat SMS dari pak SPR (yang menjadi PR 1 di tempat Papa bekerja) untuk mengatur pertemuan dengan Kadinas PDK Prov Jateng dan Kota Semarang terkait rencana pendirian SMK TI. Tanggal 16 kemarin, setelah rapat untuk rencana Workshop Usintec, Papa dipanggil Rektor dan menerima tugas itu. Hari berikutnya, 17 April, Papa menemui teman-teman Papa yang di SMK 7 karena mendengar bahwa mereka telah pernah merancang SMK 12 (yang sepenuhnya merupakan SMK Teknologi Informasi). Nah, hari Senin besok Papa harus segera mulai menemui orang-orang yang dimaksud untuk ketemu dan berdiskusi. Menurut rencana, tanggal 23 April, direktur Dikmenjur akan datang ke Unnes untuk memberi kuliah umum. Kesempatan itu akan digunakan sekaligus untuk mematangkan rencana pendirian SMK TI, jadi akan sangat bagus kalau pejabat daerah dan pusat ketemu pada hari itu.
Jadi, Ido, tiba-tiba kegiatan Papa bulan ini padat sekali.
Rencananya, tanggal 23 – 26 April besok papa juga ada rapat di Jakarta, meneruskan rapat-rapat selama ini. Berikutnya, 28 – 30 April juga harus ke Jakarta lagi. Jadi total Papa rapat bulan ini sampai lima kali (Hotel Ciputra 6 – 8 April, Hotel The Acacia 10 – 12 April. Hotel Ririn 18 – 19 April, Bintang Griya Wisata 23 – 26 April, Bintang Griya Wisata 28 – 30 April).

Ido,
Saat Papa menulis ini, meja petugas di ruang tunggu C2 dikerumuni penumpang yang akan menuju Batam. Mereka gelisah karena sampai jam 15.36 ini pesawat yang akan membawa mereka ke Batam belum tiba juga. Padahal seharusnya mereka sudah berangkat ke Batam jam 10.00 tadi pagi. Mereka penumpang yang bersambung pesawat dari Semarang dan dari Yogya (kira-kira berangkat dari dua kota itu jam 7.35). Sabtu kemarin kejadian seperti ini juga ada. Pesawat yang terbang ke Batam di-delay (ditunda keberangkatannya) sampai menjelang Maghrib. Mudah-mudahan sih Papa berangkat tepat jam 17.05. (Dari announcer terdengar berita: Pesawat yang ke Batam ditunda sampai jam 20.00)